Minggu, 10 Juli 2011

Laporan Akhir

Laporan akhir Kelompok 4 dapat dilihat di label "Laporan Akhir"

Silahkan dilihaaaat..............

BAB 2 PROFIL DESA SENENAN, KECAMATAN TAHUNAN

Dimanakah letak Desa Senenan?
Bagaimana Sejarah dan Perkembangannya?
Karakteristik wilayah Desa Senenan?
Aspek-aspek lain ?

Bab 2 dapat didownload disini

BAB 4 REKOMENDASI

Adakah usulan untuk Desa Senenan
Bagaimana dengan rekomendasi jangka pendek-menengah?
Kalau rekomendasi jangka panjang untuk Desa Senenan?

Bab 4 dapat didownload disini

BAB 3

Apa saja potensi yang terdapat di wilayah Desa Senenan?
Apa kendala yang terjadi di Desa Senenan?
Permasalahan apa yang kemudian muncul?
apa saja yang dibahasdi pohon masalah?
seperti apa penstrukturan masalah Desa Senenan?

Bab 3 dapat didownload disini

BAB 1

  • Mengapa senenan yang dipilih? latar belakangnya?
  • Apa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai?
  • Ruang lingkup apa saja yang akan dibahas di dalamnya?
  • Serta bagaimana proses pelaksanaan studi?
  • Kemudian, seperti apa langkah kerjanya?
Bab 1 dapat didownload di sini.

Minggu, 08 Mei 2011

Profil Kabupaten Jepara


Sejarah
          Dikisahkan Prabangkara, ahli pahat dan lukis masa Prabu Brawijaya melukis permaisuri prabu dalam keadaan tanpa busana tanpa melihat model permaisuri sendiri. Prabangkara dihukum dan alat pahat serta lukis diikatkan pada layang-layang yang kemudian akan diputus talinya. Tetapi, alat pahat Prabangkara jatuh di belakang Gunung Muria, tepatnya di Jepara dan satunya lagi di Bali. Penduduk Jepara akhirnya menggunakan alat tersebut untuk memahat kayu. Pada dasarnya, setiap kecamatan di Kabupaten Jepara merupakan daerah ukir. Dikarenakan Desa Senenan terletak pada jalur utama Jepara – Kudus yaitu maka menjadi daerah etalase dan industri kerajinan ukir meubel berkembang di sekitar Jl. K.H. Wachid Hasyim (Sesuai teori Weber yang menyatakan bahwa daerah industri mendekati daerah pemasaran).
          Desa Senenan juga dikenal sebagai sentra seni relief. Relief lahir sebagai bentuk perkembangan keahlian pengrajin terhadap seni ukir sendiri. Pengrajin mengembangkan keahliannya dengan membuat kreatifitas ukiran dengan bentuk cerita. Pada awal perkembangannya, seni relief bercerita tentang cerita pewayangan yang kemudian berkembang menjadi
          Pada waktu Jepara diperintah oleh Kanjeng Adipati, ditemukan seperangkat gamelan di pelataran pendopo Kadipaten Jepara.  Kanjeng Adipati mencoba membunyikan gamelan tersebut. Akan tetapi, gamelan tersebut tidak berbunyi. Pada saat itu, terdapatbudaya bahwa setiap tanggal 28 ( satu bulan sekali ) seluruh tokoh masyarakat di seluruh wilayah Jepara mengadakan Pisowanan Agung di Pendopo Kadipaten Jepara dengan membawa hasil bumi sebagai tanda hormat kepada Kanjeng Adipati Jepara. Ketika Pisowanan Agung tersebut berlangsung, Kanjeng Adipati mengumumkan bahwa telah ditemukan seperangkat gamelan yang dicoba dibunyikan tetapi tidak berbunyi. Kanjeng Adipati memberikan kesempatan kepada setiap tokoh masyarakat untuk membunyikan gamelan tersebut. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang berhasil membunyikannya hingga akhirnya salah satu dari tokoh masyarakat tersebut berhasil membunyikan gamelan tersebut. Dikarenakan gamelan tersebut berhasil dibunyikan pada waktu Pisowanan Agung yang berlangsung pada Hari Senin, maka gamelan tersebut diberi nama Gong Senenan yang kemudian nama Senenan dipakai untuk member nama daerah asal tokoh masyarakat tersebut.
          Tradisi membunyikan Gong Senenan masih berlangsung hingga sekarang karena terdapat kepercayaan bahwa apabila Gong Senenan tidak dibunyikan maka akan terjadi bencana. Data menyebutkan bahwa pada tanggal 5 Mei 1955 di Laut dekat Pantai Kartini terjadi peristiwa tragis yang memakan 5 pejabat Kabupaten Jepara. Lalu pada 25 tahun yang lalu angin ribut memporak-porandakan Pendopo Kabupaten Jepara.
          Setiap satu tahun sekali, terdapat tradisi selamatan Gong Senenan yang dilakukan setelah Sholat Idul Fitri yang dihariri banyak  tamu undangan.
          Sentra Seni Relief
Terletak ± 3 km sebelum Alun-alun Kota tepatnya di Desa Senenan. Relief tidak kalah dengan industri ukir sendiri karena mampu menembus pangsa pasar internasional. Jumlah eksportir  Seni Relief sebanyak 23 pengusaha dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 360 orang dengan nilai produksi mencapai Rp3.678.913.681,00 dengan volume ekspor mencapai 1.318.500,50 kg ke 28 negara tujuan di Amerika, Eropa dan beberapa negara di Timur Tengah. Pasar lokal mayoritas didominasi konsumen dari Kota Jakarta, Surabaya dan Bali. (Promosi Potensi Kabupaten Jepara, 2009)

Perkembangan Kota dan Aktivitas Perkotaan
Pada awalnya aktivitas yang mendominasi Desa Senenan adalah aktivitas pertanian yang ditandai dengan banyaknya luasan areal persawaan. Akan tetapi, karena banyak penduduk yang migrasi ke Desa Senenan baik dari wilayah Kabupaten Jepara sendiri maupun dari luar Kabupaten Jepara mengakibatkan perubahan penggunaan lahan dari lahan terbuka menjadi lahan terbangun.
Permukiman awal yang muncul berada di sepanjang jalur utama Jepara-Kudus mengikuti pola ruang kota bentuk pita : ribbon shaped city. Aktivitas industri dan perdagangan merupakan aktivitas yang dominan di Desa Senenan. Aktivitas perdagangan berada di sepanjang jalur utama Jepara-Kudus. Sedangkan aktivitas industri berada di belakang jalur utama tersebut. Permukiman di belakang jalur utama mulai berkembang karena jalur tersebut potensial untuk daerah perdagangan ukir meubel. Kemudian aktivitas industri berkembang setelah aktivitas perdagangan berkembang. Hal ini sesuai dengan teori Weber dimana lokasi industri mendekati lokasi pasar yaitu daerah etalase di sepanjang Jalur utama Jepara-Kudus.

BAB 2 PROFIL DESA SENENAN, KECAMATAN TAHUNAN

BAB II
PROFIL DESA SENENAN, KECAMATAN TAHUNAN


2.1.             Konteks Wilayah Studi
                Konteks wilayah di sini mencakup letak geografis dan konstelasi wilayah. Letak geografis akan dibahas berdasarkan letak geografis Kecamatan Tahunan sebagai wilayah makro dan letak geografis Desa Senenan sebagai wilayah mikro. Kemudian konstelasi wilayah yang menjelaskan peran wilayah.
2.1.1.        Posisi Geografis
                Letak geografis suatu wilayah sangat dibutuhkan. Hal ini digunakan untuk mengetahui posisi wilayah tersebut terhadap wilayah lain, sehingga lebih akurat serta tidak akan tumpang tindih satu sama lain jika digabungkan dengan wilayah lain dalam software berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis), kecuali wilayah tersebut merupakan bagian wilayah administratifnya.
   
2.1.2.        Konstelasi Wilayah Studi
                Konstelasi wilayah merupakan peran wilayah studi terhadap wilayah lain yang lebih luas serta potensi yang ada di wilayah studi. Hal ini dilakukan agar wilayah studi yaitu Desa Senenan lebih jelas posisi dan perannya. Peran fungsi  wilayah studi ini dilihat dari dua sisi, yaitu secara internal dan eksternal.
2.1.2.1.   Keadaan Eksternal
Konstelasi wilayah eksternal merupakan peran fungsi yang dilihat dari wilayah yang lebih luas. Untuk melihat konstelasi wilayah yang lebih luas maka Desa Senenan dilihat secara zoom out dari Kecamatan Tahunan dan Kabupaten Jepara.
Desa Senenan merupakan salah satu desa yang menonjol meskipun bukan merupakan ibukota kecamatan. Hal ini dikarenakan Desa Senenan merupakan daerah etalase ukir meubel yang sudah mempunyai citra yang merupakan icon kebanggan yang dimiliki Kecamatan Tahunan bahkan Kabupaten Jepara.
Desa Senenan juga merupakan sentra seni relief di Kabupaten Jepara. Seni relief yang baru diresmikan 5 tahun belakangan ini bersaing sehat dengan potensi-potensim di kecamatan  lain yang ada di Kabupaten Jepara. Seni relief yang sangat menonjol ini mengakibatkan para pecinta barang seni atau konsumen yang tertarik dengan produk seni relief secara langsung membeli ukir meubel dan relief di DesaSenenan
Fasilitas kesehatan berupa rumah sakit terbesar di Kabupaten Jepara yaitu Rumah Sakit Umum (RSU) R.A Kartini. RSU Kartini tidak berada di Desa Senenan, tetapi berada di tepi Jalan Jepara-Kudus yang merupakan batas antara Desa Senenan dengan Desa Bapangan dan tentu jangkauannya mencapai Desa Senanan. Hal ini membantu dalam kelengkapan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan oleh penduduk Desa Senenan.
Ukir meubel dan seni relief merupakan sektor industri dimana sektor ini sebagai sektor yang berpengaruh terhadap PDRB Kabupaten Jepara. Sektor ini memberikan andil cukup besar dibandingkan 8 sektor lainnya. Desa Senenan yang merupakan daerah etalase ukir meubel dan sentra seni relief satu-satunya di Kabupaten Jepara memiliki pengaruh yang cukup baik. Serta didukung oleh harga jual seni relief yang tinggi.
Secara umum rencana pembagian BWK (Bagian Wilayah Kota) lingkungan dan rencana struktur pemanfaatan ruang mempertimbangkan arah kecendrungan perkembangan yang telah terjadi sesuai dengan arahan rencana BWK tersebut. Desa Senenan termasuk BWK IV (bagian Timur-Selatan). BWK IV meliputi beberapa desa, yaitu Desa Krapyak, sebagian Mantingan dan Desa Senenan. Fungsi utama BWK ini adalah sebagian besar berorientasi pada industri kerajinan (karena merupakan daerah perkembangan industri kerajinan di sepanjang Jalan utama), perdagangan dan jasa, serta permukiman. Batas BWK selain ditentukan oleh jaringan jalan juga ditentukan oleh batas wilayah administratif.
2.1.2.2.   Keadaan Internal
                                Konstelasi wilayah internal merupakan kondisi dari dalam wilayah studi sendiri. Keadaan internal suatu wilayah ini dapat dilihat dari potensi yang dimiliki. Desa Senenan memiliki potensi dan keunggulan yang menonjol, yaitu berupa daerah etalase ukir meubel atau tempat pemasaran meubel yang berada di sepanjang Jalan Jepara-Kudus. Kemudian, terdapat pula pembuatan seni relief di sepanjang jalan penghubung RT 01, 02, 04, dan 05 di Desa Senenan. Sebenarnya tidak hanya tempat pembuatan karena sekaligus tempat penjualan walaupun sebagian hasil seni relief ini juga diperdagangkan di beberapa toko di Jalan Jepara-Kudus. Selain sebagai etalase dan relief, terdapat pula tempat yang merupakan finishing dan gudang penyimpanan meubel di Desa Senenan bagian timur.
                                Kondisi ini sangat membatu perekonomian masyarakat yang ditunjukkan semakin banyaknya pemukiman di dekat pemasaran dan seni relief. Kemudian, dengan potensi seni relief ini membuat pendapatan tambahan bagi Desa Senenan sendiri karena menjadi pariwisata dalam kerajinan relief.                                                 Adanya potensi perdagangan dan industri pada Desa Senenan membutuhkan suatu perencanaan yang tepat dan sesuai. Perencanaan yang tepat tersebut diperlukan agar kedua potensi tersebut dapat berkembang dengan baik dan sesuai dengan karakteristik yang ada.
2.2.             Profil Kecamatan Tahunan
                Kecamatan Tahunan memiliki letak astronomis 6034’50,39” – 6039’12,9” LS dan 110038’18,61” - 110045’11,9” BT dan terletak di sebelah timur ibukota kabupaten Jepara. Jarak Kecamatan Tahunan menuju ibukota kabupaten adalah 7 km. Kecamatan tahunan memiliki 15 desa yakni Desa Telukawur, Semat, Platar, Mangunan, Petengkeyan, Sukudono, Langon, Ngabul, Tahunan, Mantingan, Demangan, Tegalsambi, Krapyak, Senenan, dan Kecapi.
                Kecamatan Tahunan memiliki luas wilayah seluas 3.890,6 Ha atau sebesar 3,87% dari luas wilayah Kabupaten Jepara. Dominasi penggunaan lahan di wilayah ini merupakan lahan kering yang berupa bangunan dan halaman.
2.2.1.   Karakteristik Wilayah
2.2.1.1.                 Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik wilayah makro ini terdiri atas karakteristik fisik alam dan tata guna lahan Kecamatan Tahunan. Berikut adalah karakteristik fisik alam Tahunan:
1.         Morfologi dan Topografi
Secara umum, Kecamatan Tahunan terletak pada daerah dataran rendah
pantai dan mempunyai  ketinggian 0-50 meter di atas permukaan laut.
2.         Klimatologi
                          Iklim di Kecamatan Tahunan termasuk dalam wilayah tropis,       sebagaimana kondisi iklim di Indonesia.

3.         Aktivitas dan Penggunaan Lahan
                          Penggunaan lahan di Kecamatan Tahunan ini cukup beraneka ragam.     Namun, secara umum penggunaan lahan ini hanya dibedakan menjadi          penggunaan lahan sawah dan lahan kering. Untuk lebih jelasnya, dapat           dilihat pada tabel berikut:

Tabel II.1
Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Tahunan

No
Jenis Penggunaan Lahan
Luas Lahan (Ha)

            Lahan Sawah
1.017,700
1
Pengairan Teknis
230,000
2
Pengairan ½ Teknis
133,000
3
Pengairan Sederhana
317,000
4
Pengairan Non PU
88,700
5
Tadah Hujan
294,000

Lahan Kering
2.872,881
1
Bangunan dan Halaman Sekitar
2.362,224
2
Tegal
419,721
3
Tambak
7,500
4
Tanah Lainnya
83,436

Jumlah
3.890,581
                                                Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010

                                Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penggunaan lahan di Kecamatan Tahunan digunakan untuk kegiatan permukiman, yaitu sebesar 2.362,2 ha. Hal ini menunjukkan bahwa di kepadatan penduduk di Kecamatan Tahunan tergolong besar. Dengan data ini maka dapat diketahui aktivitas yang dominan ada di Kecamatan Tahunan dilihat dari penggunaan lahannya.





Gambar 2.1
Grafik Penggunaan Lahan di Kecamatan Tahunan

1.       Infrastruktur dan Fasilitas
Untuk mendukung aktivitas utama di suatu daerah diperlukan beberapa fasilitas pendukung. Adanya fasilitas pendukung tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga aktivitas utama tersebut dapat berjalan lancar. Berikut data fasilitas pendukung yang ada di Kecamatan Tahunan:
·         Fasilitas Kesehatan
Tabel II.2
Fasilitas Kesehatan Tiap Desa di Kecamatan Tahunan

Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa di Kecamatan Tahunan sudah memiliki fasilitas kesehatan di setiap desa. Sehingga masyarakat Tahunan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan mereka di Kecamatan Tahunan itu sendiri.
·         Pendidikan
Tabel II.3
Fasilitas Tiap Desa di Kecamatan Tahunan
Desa
TK
SD/MI
SLTP/MTS
SMA/MA
PERGURUAN TINGGI
Telukawur
-
1
-
-
-
Semat
-
1
-
-
-
Platar
1
2
-
-
-
Mangunan
-
1
-
-
-
Petekeyan
-
4
1
-
-
Sukodono
2
3
-
-
-
Langon
-
4
1
-
-
Ngabul
3
7
1
1
-
Tahunan
3
9
4
2
3
Mantingan
2
5
1
1
-
Demangan
1
1
1
-
-
Tegalsambi

3
-
-
-
Krapyak
2
5
-
1
-
Senenan
3
4
-
-
-
Kecapi
4
9
1
-
-
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan tahunan sudah memiliki fasilitas pendidikan di setiap jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi, namun jumlahnya belum dapat mencukupi kebutuhan penduduk.


·         Perdagangan
Tabel II.4
Jenis Perdagangan Tiap Desa di Kecamatan Tahunan

Desa
Toko/Kios
Warung
Restoran
Warung Makan
Telukawur
14
Semat
21
7
Platar
23
4
Mangunan
12
3
Petekayan
5
25
5
Sukodono
3
24
9
Langon
63
2
27
Ngabul
13
183
2
56
Tahunan
21
372
3
101
Mantingan
11
25
16
Demangan
9
2
Tegalsambi
10
17
1
5
Krapyak
12
51
1
31
Senenan
16
56
1
73
Kecapi
3
239
54
                                   Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010

Tabel di atas menunjukkan banyaknya fasilitas perdagangan di Kecamatan Tahunan. Hal ini berarti kebutuhan masyarakat sudah dapat terpenuhi. Kebutuhan yang dapat terpenuhi menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat tercapai.
2.2.1.2. Karakteristik Non fisik
1.         Demografi
Data Demografi bertujuan untuk mengetahui jumlah penduduk yang tinggal dan beraktifitas di Kecamatan Tahunan. Berikut merupakan jumlah penduduk tiap kelurahan.
Tabel II.5
Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan Tahunan

DESA
Jumlah
Telukawur
1.652
Semat
2.263
Platar
2.017
Mangunan
1.731
Petekeyan
5.096
Sukodono
5.512
Langon
6.411
Ngabul
11.918
Tahunan
13.014
Mantingan
10.913
Demangan
2.345
Tegalsambi
4.795
Krapyak
9.694
Senenan
6.143
Kecapi
14.548
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010

Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Desa Tahunan, yang mencapai 13.014 jiwa.
Tabel II.6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2009

Desa
Petani
Buruh Tani
Industri
Perdagangan
Konstruksi
Angkutan
PNS & ABRI
Telukawur
99
81
158
16
30
6
22
Semat
93
163
386
11
30
3
31
Platar
114
84
299
38
10
8
16
Mangunan
93
103
374
24
9
2
13
Petekeyan
282
545
903
87
3
16
17
Sukodono
258
151
1550
88
3
16
21
Langon
329
293
1367
88
30
30
36
Ngabul
729
380
1998
619
136
86
297
Tahunan
61
38
2793
591
38
215
854
Mantingan
220
255
3247
177
9
37
51
Demangan
84
40
676
33
3
2
14
Tegalsambi
147
48
1303
110
116
16
35
Krapyak
116
37
2557
542
43
25
123
Senenan
50
29
1663
130
68
18
83
Kecapi
2.447
769
1516
181
102
15
122
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penduduk di kecamatan tahunan sebagaian besar bekerja dalam bidang industri kecuali Desa Kecapi.


2.       Kondisi Sosial
Data sosial bertujuan untuk mengetahui tingkat kualitas sumberdaya manusia. Hal ini mendukung dalam memajukan perkembangan ekonomi di kecamatan tahunan.
Tabel II.7
Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Kecamatan Tahunan Tahun 2009

Desa
Perguruan Tinggi
Akademi
SLTA
SLTP
SD
Blm Tamat SD
Blm Pernh Sklah
Telukawur
15
5
41
74
535
363
230
Semat
25
15
191
198
432
561
306
Platar
1
0
55
87
500
648
251
Mangunan
8
4
139
241
366
482
81
Petekeyan
9
4
262
237
1962
1029
390
Sukodono
9
5
215
512
2095
706
669
Langon
38
31
361
918
1268
1414
868
Ngabul
33
16
262
927
4425
2564
877
Tahunan
151
51
1006
1840
4552
2058
280
Mantingan
122
25
425
2215
3187
1900
463
Demangan
4
2
140
376
802
320
149
Tegalsambi
57
11
214
319
616
1150
1298
Krapyak
25
18
970
1313
1726
1976
1377
Senenan
23
26
393
598
830
1918
903
Kecapi
40
5
1158
2355
3612
3484
458
Jumlah
560
218
5382
12210
26908
20573
8600
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Tahunan  berpendidikan belum tamat SD.  Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia kecamatan tahunan masih buruk, disebabkan karena sedikitnya fasilitas pendidikan di kecamatan tahunan.
Tabel II.8
Jumlah Fasilitas Pendidikan Kecamatan Tahunan Tahun 2009

Desa
TK
SD/MI
SLTP/MTS
SMA/MA
PERGURUAN TINGGI
Telukawur
-
1
-
-
-
Semat
-
1
-
-
-
Platar
1
2
-
-
-
Mangunan
-
1
-
-
-
Petekeyan
-
4
1
-
-
Sukodono
2
3
-
-
-
Langon
-
4
1
-
-
Ngabul
3
7
1
1
-
Tahunan
3
9
4
2
3
Mantingan
2
5
1
1
-
Demangan
1
1
1
-
-
Tegalsambi

3
-
-
-
Krapyak
2
5
-
1
-
Senenan
3
4
-
-
-
Kecapi
4
9
1
-
-
 Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010
3.       Kondisi Ekonomi
Berdasarkan data PDRB Kabupaten Jepara tahun 2009 (PDRB Harga Atas Dasar Berlaku Kabupaten Jepara), dan penduduk berdasarkan mata pencaharian menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang memiliki peran besar pada kecamatan tahunan untuk kabupaten Jepara adalah sektor industri pengolahan.
4.       Ativitas Perdagangan
Berdasarkan dari tabel jumlah peduduk berdasarkan mata pencaharian Kecamatan Tahunan menunjukkan bahwa adanya aktivitas perdagangan. Keberadaan Aktivitas perdagangan tersebut  sebagai aktifitas penduduk dari aktivitas industri kecamatan tahunan. Aktifitas perdagangan ditunjukkan dengan adanya fasilitas toko/kios, restoran, warung makan,serta adanya pasar baik bangunan permanen maupun tidak permanen.
2.3.         Profil Desa Senenan
                Desa Senenan memiliki wilayah seluas 235,150 Ha atau hanya sebesar 6,04 % dari wilayah Kabupaten Jepara yang memiliki luas 3.890,6 Ha
2.3.1.    Karakteristik Wilayah
2.3.1.1.                 Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik Desa Senenan terdiri atas karakteristik fisik alam dan penggunaan lahan Kecamatan Tahunan. Berikut adalah karakteristik fisik alam Tahunan:


1.          Morfologi dan Topografi
Desa Senenan terletak pada daerah dataran rendah dan mempunyai  ketinggian 12 meter di atas permukaan laut.
2.         Klimatologi
Desa Senenan mempunyai iklim tropis dan mempunyai suhu udara berkisar antara  27o – 30o C
3.         Aktivitas dan Penggunaan Lahan
Aktivitas di Desa Senenan merupakan aktivitas industri dan perdagangan dimana penggunaan lahan di Desa Senenan sendiri didominasi oleh lahan terbangun sebagai permukiman.
2.3.1.     Demografi
Dalam melakukan sebuah perencanaan, penduduk adalah objek utama yang secara langsung merasakan dampak dari perencanaan tersebut. Oleh karena itu data demografi sangat dibutuhkan dalam melakukan perencanaan. Di Desa Senenan pada tahun 2009 memiliki jumlah penduduk sebesar 6.821 jiwa yang terdiri dari 3.223 laki-laki dan 3.598 perempuan dengan kepadatan penduduk mencapai 2.612 per km². Penduduk Desa Senenan pada umumnya bekerja di sektor industri, jasa dan perdagangan. Sebagian besar penduduknya  beragama Islam. Dalam proposal teknik ini data demografi diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan penduduk Desa Senenan, mengetahui jumlah tenaga kerja yang terserap, dapat mengetahui perbandingan penduduk pendatang dengan penduduk asli yang menjadi pekerja dan dapat mengetahui bagaimana peningkatan atau penurunan tenaga kerja.
Tabel II.9
Jumlah Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Umur Desa Senenan Tahun 2009
Kelompok Umur
Pria
Wanita
0-4
389
309
5-9
394
361
10-14
412
326
15-19
337
283
20-24
246
256
25-29
265
263
30-34
238
201
35-39
218
166
40-44
138
132
45-49
140
142
50-54
147
134
55-59
112
99
60-64
101
94
Kelompok Umur
Pria
Wanita
60 +
114
126


















Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2010

2.3.2     Kondisi Infrastruktur dan Fasilitas
1.         Jalan
Desa Senenan  dilalui jalur utama Jepara-Kudus yang memiliki lebar jalan 6-8 meter dengan kondisi jalan yang baik. Di sepanjang jalan ini banyak terdapat fasilitas umum, fasilitas pendidikan, dan perdagangan. Fasilitas umum  seperti Rumah Sakit Umum meskipun tidak termasuk dalam wilayah Desa Senenan. Selain itu, terdapat juga Balai Desa yang merupakan kantor pemerintahan. Fasilitas pendidikan yang berada di sepanjang jalan antara lain Sekolah Dasar. Perdagangan di sepanjang jalur utama Jepara-Pati didominasi oleh toko meubel dan seni relief.
Desa Senenan mempunyai Jalan lokal selebar 5-6 meter. 70% kondisi jalan lokal sudah baik dimana jalan lokalnya sudah mengalami pengerasan. Jalan lokal ini sering dilalui oleh truk kontainer yang akan melakukan bongkar muat di bengkel industri meubel dan seni ukir. Untuk jalan lingkungan Desa Senenan mempunyai lebar 2-4 meter, dan sebagaian besar jalannya sudah di aspal untuk mendukung aktivitas industri di Desa Senenan.
2.         Listrik
Kebutuhan listrik di Desa Senenan digunakan untuk mendukung roda perekonomian daerah. Sebagian besar dimanfaatkan oleh kegiatan perindustrian seni ukir, bidang jasa, perdagangan, dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Infrastruktur listrik pada desa ini hampir menyeluruh, hanya ada beberapa rumah penduduk saja yang belum mendapatkan pelayanan.
3.         Sarana Pendidikan
Di Desa Senenan terdapat sarana pendidikan baik negeri maupun swasta. Terdapat 5 TK, 5 SD, dan 1 Madrasah. Akan tetapi,  tidak terdapat  SMP ataupun SMA di Desa Senenan ini
4.        Sarana Kesehatan
Berdasarkan data BPS, 2009, di Desa Senenan terdapat 1 Puskesmas pembantu, 4 poliklinik,  5 posyandu, 1 praktek dokter, 1 bidan, dan 1 dukun bayi. fasilitas lainnya yang terdapat di Desa Senenan adalah 2 apotik. Untuk cakupan Kelurahan, fasilitas kesehatan yang ada ini sudah dapat memenuhi pelayanan masyarakat di Desa Senenan.  Selain itu, di Desa Bapangan terdapat Rumah Sakit Umum R.A Kartini yang juga dapat membantu pelayanan kesehatan masyarakat Desa Senenan.
4.         Sarana peribadatan
Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Senenan pada tahun 2009 adalah 5 masjid, 15 mushola, dan ada 1 gereja dan 1 vihara. Keberadaan tempat peribadatan telah mampu melayani seluruh warga di Desa Senenan.
Data infrastruktur dan fasilitas digunakan untuk mengetahui persebaraan fasilitas pendukung aktivitas perkotaan dan mengetahui bagaimana dampak persebaran fasilitas pendukung terhadap  kondisi perekonomian Desa Senenan.
2.3.4.        Kegiatan ekonomi
Berdasarkan data monografi Desa Senenan perekonomian di dominasi oleh sektor industri dan perdagangan. Industri yang ada di Desa Senenan berupa industri relief. Untuk perdagangannya adalah penjualan hasil industri meubel.
2.3.5.        Sosial dan Budaya
Desa Senenan terdapat lembaga-lembaga masyarakat seperti organisasi perempuan, organisasi pemuda, organisasi profesi, dan LKMD atau sebutan lain. Sedangkan budayanya, Desa Senenan terletak di jalur utama Jepara-Pati sehingga aktivitas perkotaannya lebih terlihat dengan adanya fasilatas umum serta sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu adanya kesenian ukir dan relief yang merupakan budaya turunan dari generasi ke generasi.
2.3.5.1       Historis Seni Ukir dan Relief
Dikisahkan seorang ahli seni pahat dan lukis bernama Prabangkara hidup pada zaman Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, pada suatu ketika sang Prabu menyuruh Prabangkara membuat pahatan Permaisuri Raja sebagai ungkapan rasa cinta beliau pada permaisuri yang sangat cantik jelita.
Lukisan di atas kayu permisuri dibuat tanpa busana dengan sempurna oleh Prabangkara tanpa ada kesalahan sedikitpun, Prabu kemudian dengan tipu muslihat menghukum Prabangkara dan mengikatnya beserta peralatan pahatnya pada layang-layang yang kemudian diputus talinya. Dalam keadaan melayang-layang itu, pahat Prabangkara jatuh di dekat Gunung Muria, yaitu di Kota Jepara. Alat-alat pahat tersebut digunakan oleh penduduk Kota Jepara.
Pada dasarnya di setiap kecamatan di Kabupaten Jepara merupakan daerah ukir meubel. Akan tetapi, karena Desa Senenan terletak pada jalur utama Jepara –Pati maka menjadi daerah etalase. Kemudian industri kerajinan ukir meubel berkembang di sekitar jalur utama Jepara-Pati (sesuai teori Weber yang menyatakan bahwa daerah industri mendekati daerah pemasaran). Sedangkan ukir relief lahir sebagai bentuk perkembangan seni ukir.
2.3.5.2      Toponim Desa Senenan
Pada waktu Jepara diperintah oleh Kanjeng Adipati, ditemukan seperangkat “gamelan” yang tidak diketahui asalnya. Kanjeng Adipati mencoba membunyikan gamelan tersebut, tetapi gamelan tersebut tidak berbunyi meskipun sudah ditabuh. Saat itu, terdapat tradisi setiap tanggal 28 ( satu bulan sekali ) seluruh tokoh masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten Jepara mengadakan Pisowanan Agung di Pendopo Kabupaten dengan membawa hasil bumi sebagai tanda hormat kepada Kanjeng Adipati. Kemudian, Kanjeng Adipati Jepara menyampaikan kepada seluruh tokoh masyarakat yang hadir di  Pisowanan Agung bahwa telah ditemukan seperangkat gamelan yang tidak bisa dibunyikan meskipun sudah ditabuh. Akhirnya, Kanjeng Adipati memberi kesempatan kepada para tokoh masyarakat untuk menabuh gamelan tersebut. Dari seluruh tokoh masyarakat yang ada, hanya seorang saja yang mampu membunyikan gamelan tersebut. Karena kebetulan hari Pisowanan Agung tepat di Hari Senin maka gamelan tersebut diberi nama Gong Senenan dan daerah asal tokoh masyarakat tersebut juga diberi nama Desa Senenan.
Tujuan dibunyikannya gamelan tersebut adalah untuk keselamatan keluarga Kanjeng Adipati dan masyarakat seluruh Kadipaten Jepara. Gamelan tersebut dibunyikan setiap Hari Senin dan terdiri dari satu buah gong besar, 2 buah kecer, 2 buah kendang dan 2 buah kempul. Akhirnya tradisi membunyikan Gong Senenan turun temurun karena masyarakat percaya bahwa apabila Gong Senenan tidak dibunyikan maka akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan. Selain terdapat tradisi membunyikan Gong Senenan, juga terdapat tradisi lain yaitu selamatan Gong Senenan yang dilaksanakan setiap  satu tahun sekali setelah Sholat Idul Fitri sambil mengiringi kehadiran para tamu undangan yang sedang melakukan pertemuan.