Beliau adalah seseorang yang memperjuangkan usaha seni relief di Desa Senenan. Perjuangan beliau membuahkan hasil memuaskan yaitu dijadikannya Desa Senenan sebagai sentra industri Relief di Kabupaten Jepata. Patut diacungi jempol karena perjuangan lulusan ISI ini bak Pahlawan Desa Senenan.
Membanggakan memang, Desa Senenan yang dilalui jalur utama Jepara-Kudus sudah memiliki gapura yang mencirikan Desa Senenan dan membedakan dengan desa-desa lain di Kabupaten Jepara.
” Sentra industri seni Relief Desa Senenan“, tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Jepara mulai menetapkan Desa Senenan sebagai pusat kerajinan relief. Berbeda dengan relief yang ada di candi Borobudur, relief Desa Senenan terukir di atas kayu jati. Relief bercerita tentang cerita pewayangan seperti Mahabaratha, Ramayana. Pada perkembangannya, para pengrajin relief mulai memainkan kreativitas dengan menumpahkan keahliannya dalam bentuk-bentuk relief baru.
Penduduk Desa Senenan patut berbangga hati karena desanya menjadi salah satu pusat handicraft Kabupaten Jepara. Mungkin ucapan terima kasih patut ditujukan untuk Ketua RT 05 RW I Desa Senenan, Bapak Sutrisno yang mempunyai ide mengajukan desa Senenan sebagai sentra industri kerajinan relief. Gapura sentra industri relief kini berdiri kokoh sejak tahun 2009. (Funtastic 4,2011)
Keindahan Meubel di Etalase Desa Senenan
Berdiri tegar dan kokoh, landmark Desa Senenan. Kursi kayu ukuran raksasa. Cocok memang, sebagai daerah yang dikenal sebagai daerah etalase yang memamerkan keindahan hasil karya penduduk Desa Senenan sepanjang jalur utama Jepara-Kudus.
Tidak dapat dipungkiri, lokasi strategis Desa Senenan mengajak para penduduk Desa Senenan mengembangkan usaha perdagangan di sepanjang jalur utama Jepara-Kudus. Apa saja yang dipamerkan? Tentunya hasil kerajian ukir meubel. Keindahan hasil produksi ukir meubel menarik minat para pengguna jalan utama Jepara-Kudus. Memaksa para penikmat seni membeli ukir meubel. Inilah yang menarik dari Desa Senenan. Aktivitas industri perdagangan memberi dampak positif bagi para pemilik toko etalase, pastinya mendatangkan banyak keuntungan.
Bengkel Meubel, Saksi bisu Ratapan Pengusaha Ukir
Bengkel meubel bagai diterpa badai besar.
Badai yang semakin bertambah besar seiring dengan berjalannya waktu. Badai yang tak kunjung usai. Badai yang sangat sulit untuk dilewati. Badai yang akan meninggalkan kesengsaraan. Ini adalah keadaan yang sedang terjadi di kalangan pengusaha bengkel ukir meubel.
Bengkel meubel sebagai saksi bisu kejayaan para pengusaha kecil di daerah tersebut. Masa kejayaan yang semakin berangsur menghilang karena terjadi masalah besar dan berkelanjutan yang menimpa para pengusaha ukir.
Apa itu bengkel meubel? Bengkel meubel merupakan lokasi di Desa Senenan yang mengolah bahan mentah kayu menjadi barang setengah jadi. Bengkel ukir di Desa Senenan berupa home industry yang berskala kecil dan memiliki menejemen yang sederhana.
Bengkel meubel menjadi saksi semakin langka dan mahalnya harga bahan baku kayu. Sejak tahun 2000 kelangkaan kayu mulai dirasakan para pengusaha karena adanya praktek illegal logging di Kabupaten Jepara sendiri. Kelangkaan bahan baku mengakibatkan harga jual kayu semakin mahal bahkan hingga sekarang masalah kelangkaan bahan baku belum juga terselesaikan.
Akhirnya para pengusaha ukir meubel di daerah bengkel mempunyai inisiatif menurunkan kualitas bahan baku. Kayu yang dipakai bukan lagi kayu jati Jepara tapi kayu yang didatangkan dari luar daerah seperti Rembang, Yogyakarta, Blora dan lain-lain. Disatu sisi, harga jual barang setengah jadi tetap bahkan selalu menurun di pasaran. Biaya produksi yang terdiri dari bahan baku, biaya pemotongan bahan baku, biaya peralatan, serta biaya jasa ukir tidak setimpal dengan harga jual barang. Kondisi dilematis ini sangat menyulitkan para pengusaha karena pemerintah yang mangakui bahwa “Jepara is The World Carving Centre” kurang memberi perhatian dengan keadaan ini. Sungguh ironis memang.